1. Berita Seputar Pak Raden Alias Suyadi
Bukan cuma pendongeng, Drs Suyadi atau yang lebih dikenal publik sebagai Pak Raden yang
meninggal di usia 82 tahun ini merupakan sosok multitalenta. Salah
satunya adalah kemahirannya dalam menorehkan garis, warna, dan cerita ke
atas sebuah kanvas menjadi lukisan.
Salah satu kisah tentang lukisannya yang diingat publik yakni pada
tahun 2013. Saat itu Pak Raden pernah ingin menjual lukisannya yang
berjudul 'Perang Kembang' kepada Joko Widodo yang saat itu menjabat
sebagai Gubernur DKI Jakarta. Lukisan tersebut dibanderol seharga Rp 60
juta untuk pengobatan kakinya.
Bahkan sebelum meninggal, ada sebuah lukisan yang belum rampung
dikerjakannya. Gambaran kasar sepertinya sudah selesai yang menceritakan
tentang dalang sedang beraksi di depan penonton. Beberapa bagian sudah
berwarna sementara yang lain masih berupa coretan seperti nampak dalam
foto berikut.
Sebab menurut Jajang C Noer, karya-karyan Pak Raden sangat inspiratif
buat orang banyak. Salah satunya cerita si Unyil yang banyak
mengajarkan anak untuk belajar menghargai dan menghormati orangtua.
|
Suyadi atau yang dikenal sebagai Pak Raden dimakamkan di TPU Jeruk
Purut, Jakarta, Sabtu (31/10/2015). Pak Raden menghembuskan napas
terakhirnya di Rumah Sakit Pelni Jakarta pada pukul 22.20 WIB, Jumat
(30/10/2015).(Liputan6.com/Herman Zakharia |
"Dia pahlawan budaya, karena karya-karyanya bisa mengubah hidup orang banyak," puji Jajang C Noer usai pemakaman Pak Raden.Konsistensi dan kegigihan drs Suyadi alis Pak Raden bagi kebudayaan
dan pendidikan anak belum ada yang bisa menggantikannya. Apalagi hampir
setengah hidupnya ia dedikasikan buat kesenian dan juga kebudayaan.
"Berkarya bikin sesuatu, dia kan pencipta Si Unyil. Unyil menjiwai
anak-anak dan banyak pesan bagusnya. Menghibur. Salah satu tokoh
perfilman dan animasi," kata Jajang C Noer.
"Dia mendidik bangsa ini. Dia pendidik lewat budaya. Sampai saat ini
belum ada penggantinya. Mendekati pun belum ada," tambah istri mendiang
Arifin C Noer ini.
Namun sayangnya, menurut Jajang, pemerintah kurang memperhatikan
orang seperti Pak Raden. Padahal ia sudah susah payah menjaga kebudayaan
Indonesia dengan kesenian. "Sayang sekali kurang diperhatikan oleh pemerintah. Pemerintah
seringkali telat memperhatikan. Tapi, walau kesulitan, Pak Raden nggak
masalah, dia tetap mendidik dan berkarya terus," kata Jajang C Noer.
Selain meninggalkan warisan cerita Unyil yang melegenda, sosok
seniman multitalenta yang menginspirasi tersebut juga memberi pelajaran
berharga bagi kita dari segi pentingnya memperhatikan cara berpakaian
untuk membentuk karakter dan kepribadian. Seperti yang disampaikan
desainer muda yang sedang naik, Lulu Lutfi Labibi.
"Kalau kita bisa ambil pelajaran dari almarhum adalah pentingnya
membentuk karakter berpakaian untuk diri sendiri. Hal itu mencerminkan
siapa diri kita," tutur Lulu yang mengaku salah satu penggemar sandiwara
Unyil saat berkunjung ke kantor Liputan6.com, Sabtu (31/10/2015).
Jika ditilik dari kacamata fashion yang bisa diaplikasikan pada zaman
sekarang, konsistensi Pak Raden dengan kostum kebanggaannya berawal
dari kenyamanan dan kecintaan. Meski tren terus berganti, ia tetap setia
menjaga signature style-nya.
"Selain itu kita bisa belajar untuk nyaman jadi diri sendiri tanpa
harus mengikuti gaya orang lain. Yang penting sesuai dengan karakter
kita," tegasnya.
Satu lagi warisan yang ditinggalkan Pak Raden adalah, ia menjadi
tokoh yang menjaga warisan budaya dengan mengusung busana tradisional,
salah satunya kain batik. "Saya juga mengkampanyekan cinta tanah air
dengan dengan berbagai cara, salah satunya dengan memakai kain
tradisional. Dan Pak Raden memberi contoh bagi kita semua," sambungnya.
Selamat jalan Pak Raden, karyamu selalu abadi dalam hati, beristirahatlah dengan damai.
Yang paling sulit dilupakan dan mungkin tak dimiliki sosok lain
adalah suara khas Pak Raden yang berat. "Kreativitasnya saat dia
menciptakan kualitas gambar yang sangat bagus juga harus ditiru oleh
orang lain. Tapi suara khas dia yang berat, cuma dia yang punya
sepertinya," kata Kak Seto. Selain itu, semangat yang dipunyai Pak Raden juga harus ditiru para
penerusnya. "Perjuangan dia tentang hak cipta si Unyil yang ternyata
tidak mudah juga harus ditiru. Punya karya, harus diperjuangkan," kata
Kak Seto berpesan.
Bagi orang-orang baru yang ingin menjadi seperti Pak Raden, Kak Seto
berharap juga dapat membuat sesuatu yang bisa digunakan anak-anak untuk
belajar dan membangun karakter dirinya sendiri.
"Tokoh-tokoh yang dibikin Pak Raden itu tentang kedisiplinan,
kreativitas, ibadah agama, mencintai teman. Semua karakter itu
benar-benar hidup," kata Kak Seto.